IAIN PAREPARE---- Tahun awal berdirinya IAIN Parepare Nusantara Press telah berhasil menerbitkan 55 buku ber ISBN (International Standard Book Number). Tahun 2019 awal berdiri hanya menargetkan 30 judul, namun sungguh diluar dugaan telah melampaui target. Hal ini disampaikan oleh Ketua penerbitan IAIN Parepare Nusantara Press Dr Muh Ali Rusdi saat diwawancarai di ruang website IAIN Parepare, Rabu (29/01).
Menurutnya, pencapaian tersebut melebihi target yang sebelumnya hanya sekitar 30 buku saja. Namun, tingginya antusias dosen serta kemudahan dalam pengurusan ISBN melalui IAIN Parepare Nusantara Press sehingga mampu melebihi target.
“Para dosen merasa lebih mudah, tidak seperti yang
dibayangkan terkait penerbitan. Dikiranya rumit, ternyata sederhana,” ucap Muh Ali
Rusdi
Lebih lanjut Dr Muh Ali Rusdi yang juga merupakan Kepala
Pusat Penerbitan dan Publikasi LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat) IAIN Parepare ini mengaku tidak memungut biaya untuk pengurusan
ISBN.
“Kami tidak memungut biaya sepersepun terkait penerbitan
ISSBN, nanti kalau mau cetak kita bantu carikan percetakan sesuai dengan keinginan
dari masing-masing penulis,” terangnya.
Berbagai buku karya dosen dan kolaborasi dengan mahasiswa
seperti buku daras, ontology dan berbagai macam buku referensi.
“Untuk tahun 2020, kami targetkan 100 buku. Kendalanya tidak ada biaya operasional padahal penerbit itu berkewajiban mengirimkan minimal dua eksamplar, satu di perpustakaan nasional dan satu di perpustakaan provinsi. Namun, bapak Rektor sudah meminta saya untuk mengusulkan terkait revisi anggaran untuk penerbitan,” tambah Ali Rusdi.
Adapun dosen terproduktif menulis di antaranya Muhammad
Haramain, Mujahidah dan Ambo Rahman Masse.
Muhammad Haramain saat dikonfirmasi via whatsapp (Jum’at,
31/01) membenarkan telah menulis buku empat buah di tahun 2019.
“Alhamdulillah, pada tahun 2019, saya mempublikasi empat
buku, mengedit empat buku dosen sejawat,
dua artikel jurnal terakreditasi dan dua artikel prosiding
internasional. Literasi intelektual mutlak dibutuhkan di sepanjang masa, karena
penyampaian tradisi keilmuan secara lisan itu sifatnya terbatas pada ruang
tertentu. Sedangkan tulisan dapat melampaui zaman,” ungkapnya.
Menurut Ketua Prodi Bimbingan Konseling ini, selain
mengajar, dosen juga harus melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
Hal ini merupakan prinsip dasar dari tridharma perguruan tinggi. “Dosen menulis
buku adalah bagian dari itu sebagai sarana penyemaian ide dan gagasan yang
lebih meluas dan memeliki jejak intelektual,” tambahnya.
Saat ditanya terkait tips produktif menulis, Muhammad
Haramain mengaku terinspirasi dari judul bukunya Syaikh Ibnu Jauzi, Shaidul
Khaathir (Pengikat Ide yang Terlintas).
“Dia menulis ide dan gagasan yang terlintas di benak dalam
rangkaian catatan harian yang bagus sekali.
Gagasan yang baik itu tidak hanya di pikiran atau ucapan, baiknya juga dituangkan dalam tulisan yang diterbitkan. Prinsipnya adalah semangat berbagi, walau sedikit namun bermanfaat, sekecil apapun. Semangat untuk menanam amal jariyah bagi sesama. Sebagaimana seorang Ulama pernah berpesan, "al-ilmu fis sutuur, laa fish shuduur" yang berarti; ilmu itu penyebarannya dalam tulisan, bukan hanya di dada,” jelasnya. (Hyn/Mif)