Rabu, 19 Juni 2019

Kontroversi “Simbol Dajjal” di Masjid al-Syafar, Dosen IAIN Parepare Bela Ridwan Kamil


Humas IAIN Parepare --- Beberapa minggu terakhir,
nitizen dikagetkan dengan munculnya tuduhan bahwa desain masjid al-Syafar
menyerupai simbol dajjal. Masjid yang terletak di Rest Area KM 88 Jalan Tol
Cipulareng kota Bandung merupakan masjid yang didirikan Ridwan Kamil, Gubernur Jawa
Barat. Tuduhan ini dilontarkan oleh ustas Rahmat Baequni melalui videonya yang viral
di youtube.





Video yang telah dinonton ratusan ribu kali ini
mengundang kontroversi di tengah-tengah masyarakat. Kontroversi ini mengalami
eskalasi yang tinggi karena melibat dua figur publik, yaitu Rahmat Baequni,
salah seorang tokoh agama di Jawa Barat yang memiliki cukup banyak jamaah dan
pihak lain, ada Ridwal Kamil selaku arsitektur masjid al-Syafar, yang juga
Gubernur Jawa Barat. Dalam waktu yang singkat, isu ini telah tersebar ke
seluruh pelosok nusantara.





Untuk mencegah polemik berkepanjangan, pengurus MUI
Jawa Barat telah memfasilitasi dialog antara Ridwan Kamil dengan ustas Rahmat
Baequbi, Senin, 10 Juni yang lalu. Seperti yang dikutip dari media online Kumparan.com,
Kang Emil – sapaan akrab Ridwan Kamil – memberikan klarifikasi terkait desain
dan arsitektur masjid al-Syafar.





“Saya meminta
masyarakat untuk berpikir positif bahwa masjid adalah tempat ibadah dan tak
terpengaruh dengan berbagai bentuk bangunan. Saya meyakini kalau iman kita kuat
mau kita melihat apapun geometri, dan visual tidak mengubah iman kita." Emil
kemudian mencontohkan beberapa masjid yang mengandung bentuk segitiga dan
lingkaran. Misalnya Masjid Trans Studio Bandung yang terdapat bentuk segitiga
dengan lingkaran di tengah atau disebut mata satu.Bila simbol segitiga dan
lingkaran dilarang,





Emil
menyebut, simbol berupa bulan sabit yang digunakan sebagai lambang Pancasila
dan logo organisasi FPI pun mesti dilarang. "Kalau lingkaran segitiga enggak
boleh maka kita harus konsisten bintang lima juga dilarang, apa yang terjadi?
Maka semua lambang yang ada masjid dan bulan sabit maka harus dilarang. Berarti
lambang Pancasila dilarang, lambang FPI dilarang itu kalau konsisten bentuk itu
dilarang," kata Emil.





Emil juga
mencontohkan Masjid Nabawi hingga Masjid Raya Jakarta yang mengandung bentuk
segitiga dan lingkaran. Dia meminta keadilan agar masyarakat menilai sama
masjid karyanya dengan masjid-masjid lainnya."Masjid Nabawi dan Masjid
Raya Jakarta, kenapa tidak heboh? Mungkin karena arsitekturnya bukan (karya)
Ridwan Kamil jadi tidak ramai, tidak
picemooheun
," imbuh dia.





Menanggapi
hal tersebut, Dr. H. Muhiddin Bakry, Lc.,M.Fil.I., salah seorang dosen IAIN
Parepare memberi pembelaan kepada Ridwal Kamil. Menurut Alumni Universitas
al-Azhar Kairo ini, tuduhan yang dialamatkan kepada karya Ridwan Kamil tersebut
sangat berlebihan dan hanya didasarkan pada asumsi-asumsi saja.





Klarifikasi
yang disampaikan Kang Emil, dinilai Muhiddin lebih rasional dan akademis.
Bahkan Ketua Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah
ini mengsinyalir jika tuduhan yang dilontarkan ustas Rahmat Baequni masih
dilatari politik (pilpres). Menurutnya, pasca pilpres muncul gerakan penggalangan
wacana dari kelompok-kelompok ektrimis.





“Eksistensi
idiologi-idiologi yang mengarah kepada interpertasi teks secara tekstualis akan
terus menggalakkan wacana kontroversial untuk mendapatkan dukungan guna mempertahankan
eksistensi dan legalistas mereka di NKRI,” papar Muhiddin. “Semestinya, simbol-simbol
Ilahiyah berupa kebersamaan dan persatuan itulah yang harus diaktualisasikan
dan dibumikan. Jangan justru yang bertentangan nilai-nilai Ilahiyah seperti
perpecahan dan disintegrasi yang terus dikembangang di masyarakat,” tegasnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar